Ada hal - hal yang tidak ingin kita lepaskan...
Orang - orang yang tidak ingin kita tinggalkan...
Tapi ingatlah... melepaskan BUKAN akhir dari dunia, melainkan awal suatu kehidupan baru.
Kebahagiaan ada untuk mereka yang menangis, mereka yang tersakiti, mereka yang telah mencari, dan mereka yang telah mencoba.
Karena MEREKALAH yang bisa menghargai betapa pentingnya orang yang telah menyentuh kehidupan mereka.
CINTA yang AGUNG adalah...
Adalah ketika kamu menitikkan air mata dan MASIH peduli terhadapnya..
Adalah ketika dia tidak mempedulikanmu dan kamu MASIH menunggunya dengan setia.
Adalah ketika dia mulai mencintai orang lain dan kamu MASIH bisa tersenyum sambil berkata 'Aku turut berbahagia untukmu'................C.I.N.T.A
FILOSOFI ISLAM (PERKARA WANITA)
“Dunia ini adalah perhiasan dan sebaik-baiknya perhiasan adalah istri yang shaleh.” (Rasulullah SAW)
“Segala sesuatu ada penegurnya, dan penegur hati adalah rasa malu!” (Rasulullah SAW)
Mengapa perempuan Muslim harus menutup auratnya? Apakah karena wajib
sebagaimana diperintahkan Allah dalam Al-Qur’an dan hadits Nabi, dan
kalau tidak melaksanakan berdosa? Benar, tapi mari kita kesampingkanlah
dululah alasan perintah ini. Kita semua mafhum, melaksanakan sesuatu
karena dasarnya wajib atau perintah menunjukkan kesadaran diri yang
rendah. Mari kita mendasarkan pada kesadaran diri saja, mari memahami
ini dengan akal sehat saja. Akal sehat tidak pernah bertentangan dengan
agama. Bila kata akal sehat benar maka benarlah perintah agama,
pantaslah Allah dan Rasul-Nya memerintahkannya. Kesadaran seperti ini
akan lebih kuat menancap dalam hati dibandingkan yang dasarnya karena
perintah.
Kita akan lebih kuat melaksanakan sesuatu bila sudah sadar bahwa itu
memang keharusan. Seorang anak akan rajin belajar dengan sendirinya bila
menyadari bahwa belajar itu penting karena akan menentukan masa
depannya sendiri, tanpa harus disuruh-suruh. Seorang perempun Muslim
yang sudah menutup aurat dengan benar dan konsisten itu karena ada
kesadaran dalam dirinya. Sementara yang belum juga karena belum adanya
kesadaran dalam dirinya. Bila diri belum sadar, walaupun ceramah
didengarkan setiap hari, walaupun ayat Al-Qur’an dibacakan ratusan kali,
tetap saja seseorang tidak akan tergerak melaksanakan sebuah keharusan.
Mungkin sebenarnya semua perempuan Muslim sudah tahu bahwa menutup
aurat sesungguhnya adalah persoalan memuliakan harga diri perempuan.
Dalam Islam, perempuan itu makhluk yang mulia dan dimuliakan. Dengan
menutup aurat, agama bermaksud menjaga harga diri dan kehormatannya.
Ilustrasi yang paling tepat mengibaratkan perempuan Muslim adalah
perhiasan atau barang mahal. Barang mahal memiliki ciri-ciri: (1) dijual
di toko berkelas, (2) disimpan di etalase yang hanya bisa dipandang
dibalik kaca, (3) disegel, tidak bisa dibuka dan disentuh isinya, (4)
tidak bisa dicoba dulu, (5) harganya mahal dengan jaminan memuaskan, dan
(6) bergaransi. Kebalikan dari barang mahal adalah barang murah.
Ciri-cirinya: (1) adanya di toko murah, di emperan atau di pasar, (2)
tidak disegel, (3) diobral, (4) boleh dicoba, bebas disentuh-sentuh,
dipegang-pegang, dicoba berulang kali oleh banyak orang, (5) setelah
dicoba boleh tidak jadi dibeli, (6) tidak ada garansi.
Islam memperlakukan perempuan persis seperti barang mahal tersebut.
Diibaratkan dua jenis barang tadi, “toko berkelas” adalah keluarganya
yang bermartabat yang taat pada agama; “disegel, tidak bisa dibuka dan
disentuh” adalah prinsip dibalik busana Muslimahnya; “tidak bisa dicoba
dulu” adalah menjaga kehormatan, tidak bisa memesrai dan menggaulinya
tanpa menikahinya dulu; “haganya mahal” adalah pembelinya harus
laki-laki yang juga mahal (terjaga akhlak dan kepribadiannya). Laki-laki
murahan tidak akan sanggup karena tidak akan berani, malu
mendapatkannya dan merasa dirinya tidak seimbang; “bergaransi” adalah
orisinial, dijamin masih gadis dan belum disentuh laki-laki lain.
Jelas, menutup aurat adalah menjaga diri, mensegel diri, menghormati
diri, memuliakan diri. Perempuan yang menutup auratnya dengan benar dan
akhlaknya terjaga, adalah barang mahal yang tersimpan dalam etalase,
terjaga dalam sebuah kotak yang tidak bisa dibuka, tersegel, tidak bisa
disentuh dan harganya mahal. Sebaliknya, perempuan yang membuka auratnya
(betis, paha, lengan, rambut, leher dan dada, apalagi lebih dari itu)
adalah “barang obralan” yang murah, tidak perlu repot-repot ingin
membukanya karena ia sudah terbuka (tidak ditutup), silahkan bebas
menatap dan menyentuh-nyentuhnya (dalam kebebasan pergaulan dan
persahabatan), “merasakannya” (dalam kemesraan pacaran) dan
menikmatinya dengan berzina yang sekarang sudah umum dari anak SMP, SMA,
mahasiswa hingga yang sudah bersuami. Kalau sudah tidak suka lagi atau
tidak cocok, boleh tidak jadi memilikinya. Jadilah, ia barang bekas
alias sampah. Barang bekas tentu tidak berkualitas, murah, karena sudah
dipakai orang.
Mengapa perempuan yang seharusnya mahal menjadi murah? Kata Nabi, karena hilangnya rasa malu: “Al-hayu-u minal iman” (malu itu sebagian dari iman). “Iman itu ada tujuh puluh cabang dan malu adalah salah satunya” (HR. Muslim). “Segala sesuatu ada penegurnya (penjaganya), dan penegur hati adalah rasa malu!” Sangat menyedihkan,
bila dulu perempuan malu kelihatan auratnya, sekarang malah bangga
mempertontonkannya. Maka berbaju ketat menjadi mode, bercelana pendek
berarti gaul, dan menonjolkan payudara adalah kebanggaan. Rasa malu
hilang dari perasaan perempuan. Bila perempuan sudah kehilangan rasa
malu, itu berati kehancuran negara, masyarakat dan keluarga. Maka
benarlah, “perempuan membuka auratnya dalam kehidupan sosial adalah
salah satu sumber kerusakan moral seksual masyarakat, termasuk dalam
masyarakat Muslim.” Dan iblis pun pernah berkata: “Perempuan
adalah alat senjataku yang paling ampuh untuk menyesatkan anak adam. Ia
seperti anak panah. Sekali kulepaskan dari busurnya, jarang meleset!”
Sehubungan dengan ilustrasi barang mahal tadi, sering muncul pertanyaan-pertanyaan seperti berikut ini:
(1) Bagaimana dengan perempuan yang berkerudung menutup auratnya tapi
tidak menjaga akhlaknya, bebas pacaran, bermesraan dan banyak
disentuh-sentuh apalagi sudah tidak perawan? Ia adalah “barang mahal”
yang palsu, aslinya murah bungkusnya pun murah, hanya simbol sehingga
gampang dibuka dan dicoba. Ia barang tipuan yang tanpa sadar sedang
menipu dirinya sendiri.
(2) Bagaimana dengan perempuan yang merasa tidak perlu menutup aurat
yang penting bisa menjaga diri sehingga tetap menganggap dirinya
perempuan terhormat? Kalau benar-benar bisa menjaga diri, ia adalah
barang mahal yang diobral. Barang bagus yang diobral tetap saja lebih
murah dan lebih rendah nilainya dari barang mahal yang tidak diobral.
(3) Bagaimana dengan perempuan yang mengatakan: “Ah, yang berkerudung
juga banyak yang kelakuannya parah, mendingan begini, gak berkudung
tapi punya prinsip”? Itu artinya menutupi keengganannya dengan
kesalahan. Lain kata, lari dari satu kesalahan dan bersembunyi dalam
kesalahan yang lain.
(4) Bagaimana dengan perempuan (juga laki-laki) yang berusaha
mengutak-ngatik pengertian “aurat” dengan logikanya kemudian
berkesimpulan menutup aurat itu tidak perlu? Menutup aurat adalah
perintah Allah yang nash-nya jelas, tak bisa ditawar-tawar lagi
(Al-Ahzab: 59). Apapun argumennya, kalau ia laki-laki, ia sedang
memaksakan keinginannya agar perempuan menjadi barang murah atau
murahan. Kalau ia adalah perempuan, ia sedang memaksa-maksakan dan
memperkosa diri dan kaumnya agar harganya murah dan murahan.
(5) Bagaimana dengan pemikir, ulama bahkan ahli tafsir yang
mengatakan menutup aurat itu tidak perlu, karena pengertian “sebenarnya”
tentang aurat (ditinjau dari bahasa Arab, ulumul Qur’an, ilmu tafsir,
ilmu hadits, sejarah dsb) bukanlah yang secara konvensional difahami
selama ini? Apapun argumennya, secanggih apapun analisisnya, ia sedang
melegitimasi penolakannya pada perintah Tuhan dan tuntunan Nabi dengan
ilmu dan pikirannya berdasarkan hawa nafsu ilmu agamanya (ini paling
ironis dan paling berat pertanggungjawabannya di akhirat kelak). Ingat,
ilmu yang tidak bermanfaat adalah ilmu yang tidak menumbuhkan kesadaran
malah menjadi penolakan pada kebenaran dan perintah Tuhan sendiri.
Perintah agama begitu masuk akal, rasional dan sangat jelas untuk
memuliakan kaum perempuan. Menghadapi perintah Tuhan hanya satu:
“Sami’na wa atha’na” (Kami dengar dan kami taat) bukan dengan diskusi
dan analisis. Ilustrasi-ilustrasi di atas hanya untuk menguatkan bahwa
perintah agama sebenarnya berlandaskan akal sehat agar manusia mampu
menangkap kebenaran, menyadarinya dan melaksanakannya. Tapi, tentu
saja, apakah ingin menjadi perempuan mahal atau perempuan murah
berpulang pada diri masing-masing. Silahkan memilihnya sendiri.
Bebas-bebas saja kok. Mau sadar atau tidak kitalah yang menentukan!! Mau
selamat atau celaka kelak di akhirat kitalah yang menanggungnya.
Mengapa manusia banyak yang merasa nyaman dalam kesalahan dan
ketaksadaran? Karena Tuhan tidak langsung menghukum setiap dosa dan
pelanggaran. Dia masih memberikan waktu kepada kita untuk berfikir dan
berubah. Itulah sifat Ar-Rahman dan ar-Rahim-Nya, kasih sayang-Nya yang
tiada tara pada hamba-hamba-Nya sebelum celaka di akhirat kelak.
Masihkan kita akan menyia-nyiakan kesempatan padahal hidup hanya
Home »
» FILOSOFI ISLAM (PERKARA WANITA)
FILOSOFI ISLAM (PERKARA WANITA)
Posted by Anakcerdasytd
Posted on 06.27
with No comments
0 komentar:
Posting Komentar